BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan
atau restoran, dan (Depkes, 2003). Makanan jajanan ini masih mengandung resiko
yang cukup potensial menyebabkan terjadinya penyakit atau ganguan kesehatan.
Oleh karena itu, makanan jajanan yang kita konsumsi haruslah terjaga
kebersihannya.
Agar makanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka perlu
diperhatikan kualitas makanan melalui ketersediaan zat-zat gizi yang terkandung
didalamnya dan bebas dari cemaran mikroba. Makanan yang terkontaminasi oleh
mikroorganisme akan mengakibatkan gangguan kesehatan karena mikroorganisme
tersebut dapat memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu
penyakit (Mulia, 2005).
Makanan yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh hygiene
sanitasi makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk mendapatkan
makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan maka perlu diadakan
pengawasan terhadap hygiene sanitasi makanan dan minuman yang diutamakan pada
usaha yang bersifat umum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki
lima mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam
penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004).
Beberapa masalah terkait
akibat dari pencemaran makanan diantaranya terjadinya keracuanan makanan, yang
angka dan kualitasnya cenderung makin meningkat seiring mobilitas dan perkembangan
industri makanan baik kemasan maupun jenis usaha warung, restoran, dan
catering/jasa boga.
Beberapa
faktor determinan terjadinya keracunan makanan dapat diakibatkan karena aspek pengolah
makanan, peralatan, bahan makanan dan tempat pengelolaan
makanan. Terkontaminasinya makanan terutama disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain pengetahuan penjamah makanan masih
rendah termasuk perilaku sehat, kebersihan badan penjamah makanan,
kebersihan alat makan dan sanitasi makanan. Peran penjamah makanan sangat penting
dan merupakan salah satu faktor dalam penyediaan makanan yang memenuhi syarat
kesehatan. Makanan
dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri dapat menimbulkan infeksi
maupun keracunan makanan jika dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh (Fardiaz,
1997).
B.
Tujuan
Praktik
1. Tujuan
Umum :
Agar mahasiswa mampu melakukan penilaian
Hygiene dan Sanitasi pedagang makanan jajanan dan memberikan saran perbaikan
sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
2. Tujuan
Khusus :
Mahasiswa mampu :
a. Melakukan
penilaian penerapan hygiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan di Jl.H
Mistar Cokrokusumo Kelurahan Sungai Besar Banjarbaru.
b. Melakukan
pengambilan sampel makanan, usap alat, dan air bersih dari pedagang makanan
jajanan.
c. Melakukan
pemeriksaan kualitas bakteriologis dari sampel makanan, air bersih, dan usap
peralatan makanan di Laboratorium.
d. Menganalisis
hasil penilaian hygiene dan sanitasi serta hasil pemeriksaan sampel di
Laboratorium.
e. Memberikan
saran perbaikan sesuai dengan permasalahan hygiene dan sanitasi yang ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Pedagang Jajanan
Makanan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman
Persyaratan Hygiene Sanitasi makanan jajanan diantaranya memuat tentang :
I.
Pengertian
– pengertian
Pasal 1, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1.
Makanan jajanan
adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.
2.
Penanganan
makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi pengadaan, penerimaan bahan
makanan, pencucian, peracikan, pembuatan pengubahan bentuk, pewadahan,
penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan atau minuman.
3.
Bahan makanan
adalah semua bahan makanan dan minuman baik terolah maupun tidak, termasuk
bahan tambahan makanan dan bahan penolong.
4.
Hygiene sanitasi
adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan.
5.
Penjamah makanan
jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan
dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.
6.
Pengelola sentra
adalah orang atau badan yang bertanggungjawab untuk mengelola tempat kelompok
pedagang makanan jajanan.
7.
Peralatan adalah
barang yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan.
8.
Sarana penjaja
adalah fasilitas yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan baik menetap
maupun berpindah-pindah.
9.
Sentra pedagang
makanan jajanan adalah tempat sekelompok pedagang yang melakukan penanganan
makanan jajanan.
II.
Penjamah Makanan
Dalam pasal 2, penjamah makanan jajanan dalam
melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi
persyaratan antara lain :
1.
Tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk,
pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya;
2.
Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka
lainnya);
3.
Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian;
4.
Memakai celemek, dan tutup kepala;
5.
Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
6.
Menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau
dengan alas tangan;
7.
Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga,
hidung, mulut atau bagian lainnya);
8.
Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang
disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.
III.
Peralatan
Dalam pasal 3 ini memuat
tentang :
1.
Peralatan yang
digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus sesuai dengan
peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi.
2.
Untuk menjaga
peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :
a.
peralatan yang
sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun;
b.
lalu dikeringkan
dengan alat pengering/lap yang bersih
c.
kemudian
peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas pencemaran.
3.
Dilarang
menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai.
IV.
Air, Bahan
Makanan, Bahan Tambahan Dan Penyajian
Pasal 4 mengatur tentang :
1. Air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan
harus air yang memenuhi standar dan Persyaratan Hygiene Sanitasi yang berlaku
bagi air bersih atau air minum.
2.
Air bersih yang
digunakan untuk membuat minuman harus dimasak sampai mendidih.
Pasal 5 mengatur tentang:
1.
Semua bahan yang
diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik mutunya, segar dan
tidak busuk.
2.
Semua bahan
olahan dalam kemasan yang diolah menjadi makanan jajanan harus bahan olahan
yang terdaftar di Departemen Kesehatan, tidak kadaluwarsa, tidak cacat atau
tidak rusak.
Pasal 6 mengatur tentang:
Penggunaan
bahan tambahan makanan dan bahan penolong yang digunakan dalam mengolah makanan jajanan harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 7 mengatur tentang :
1.
Bahan makanan,
serta bahan tambahan makanan dan bahan penolong makanan jajanan siap saji harus
disimpan secara terpisah
2.
Bahan makanan
yang cepat rusak atau cepat membusuk harus disimpan dalam wadah terpisah.
Pasal 8 mengatur tentang :
Makanan
jajanan yang disajikan harus dengan tempat/alat perlengkapan yang bersih, dan aman bagi kesehatan.
Pasal 9 mengatur tentang :
1.
Makanan jajanan
yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup.
2.
Pembungkus yang
digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak
mencemari makanan.
3.
Pembungkus
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang ditiup.
Pasal 10 mengatur tentang :
Makanan
jajanan yang diangkut, harus dalam keadaan tertutup atau terbungkus dan dalam
wadah yang bersih.
1.
Makanan jajanan
yang diangkut harus dalam wadah yang terpisah dengan bahan mentah sehinggga
terlindung dari pencemaran.
Pasal 11 mengatur tentang :
Makanan
jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila masih dalam keadaan baik,
harus diolah kembali sebelum disajikan.
V. Sarana Penjaja
Pasal 12 mengatur tentang :
1.
Makanan jajanan
yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran.
2.
Konstruksi
sarana penjaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan
yaitu antara lain :
a.
Mudah
dibersihkan;
b.
Tersedia tempat
untuk :
1)
Air bersih;
2)
Penyimpanan
bahan makanan;
3)
Penyimpanan
makanan jadi/siap disajikan;
4)
Penyimpanan
peralatan;
5)
Tempat cuci
(alat, tangan, bahan makanan);
6)
Tempat sampah.
c.
Pada waktu
menjajakan makanan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi,
dan harus terlindungi.
VI. Sentra Pedagang
Pasal 13 mengatur tentang :
1.
Untuk
meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan, dapat ditetapkan lokasi
tertentu sebagai sentra pedagang makanan jajanan.
2.
Sentra pedagang
makanan jajanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lokasinya harus cukup jauh
dari sumber pencemaran atau dapat menimbulkan pencemaran makanan jajanan
seperti pembuangan sampah terbuka, tempat pengolahan limbah, rumah potong
hewan, jalan yang ramai dengan arus kecepatan tinggi.
3.
Sentra pedagang
makanan jajanan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi meliputi :
a.
Air bersih;
b.
Tempat
penampungan sampah;
c.
Saluran
pembuangan air limbah;
d.
Jamban dan
peturasan;
e.
Fasilitas
pengendalian lalat dan tikus;
4.
Penentuan lokasi
sentra pedagang makanan jajanan ditetapkan oleh pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Pasal 14 mengatur tentang :
1.
Sentra pedagang
makanan jajanan dapat diselengggarakan oleh
pemerintah atau masyarakat.
2.
Sentra pedagang
makanan jajanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai pengelola
sentra sebagai penanggung jawab.
3.
Pengelola sentra
pedagang makanan jajanan berkewajiban :
a.
Mendaftarkan
kelompok pedagang yang melakukan kegiatan di sentra tersebut pada Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota.
b.
Memelihara
fasilitas sanitasi dan kebersihan umum.
c.
Melaporkan
adanya keracunan atau akibat keracunan secepatnya dan atau selambat-lambatnya
dalam 24 (duapuluh empat) jam setelah menerima atau mengetahui kejadian
tersebut kepada Puskesmas/Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
VII. Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 15 mengatur tentang :
1.
Pembinaan dan
pengawasan makanan jajanan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
2.
Untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pendataan
terhadap sentra pedagang makanan jajanan dan sarana penjaja sebagaimana
tercantum dalam lampiran I Keputusan ini.
3.
Terhadap sentra
penjaja makanan jajanan maupun penjaja makanan jajanan dapat diberikan tanda
telah terdaftar atau stiker telah didaftar.
Pasal 16 mengatur tentang :
1.
Penjamah makanan
berkewajiban memiliki pengetahuan tentang hygiene sanitasi makanan dan gizi
serta menjaga kesehatan.
2.
Pengetahuan
mengenai hygiene sanitasi makanan dan gizi serta menjaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui kursus hygiene sanitasi makanan .
3.
Pedoman
penyelenggaraan kursus hygiene sanitasi makanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam lampiran II keputusan ini.
Pasal 17 mengatur tentang :
Dalam
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Dinas Kesehatan
Kabupaten/
Kota mengikut sertakan instansi terkait, pihak pengusaha,
organisasi,
profesi, Asosiasi, Paguyuban dan atau Lembaga swadaya
masyarakat.
Pasal 18 mengatur tentang :
Dinas
kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala menyampaikan laporan pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota secara
berjenjang.
Pasal 19 mengatur tentang :
Ketentuan
pembinaan dan pengawasan makanan jajanan ditetapkan lebih lanjut oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
B.
Karakteristik mikroba sebagai parameter kualitas
bakteriologis
Bakteri merupakan salah satu zat
pencemar yang berpotensi dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu dan
lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari 500.000 sel
dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000 sel, kemudian
dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 sel. Karena pertumbuhannya yang sangat
cepat, maka kemungkinan untuk menjadi penyebab penyakit besar sekali. Makanan
yang masih dijamin aman untuk dikonsumsi paling lama adalah dalam waktu 6 jam,
karena lebih dari itu kondisi makanan sudah tercemar berat dan tidak layak
untuk dikonsumsi (Depkes RI, 2004).
Salah satu bakteri yang terdapat
dalam makanan jajanan adalah Escherichia coli. Dalam persyaratan
mikrobiologi Escherichia coli dipilih sebagai indikator tercemarnya air
atau makanan karena keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sumber air
atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia
(Chandra, 2007). Adanya Escherichia coli menunjukkan suatu tanda praktik
sanitasi yang tidak baik karena Escherichia coli bisa dipindahsebarkan
dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif melalui air,
makanan, susu dan produk-produk lainnya (Supardi, 1999).
Bakteri Escherichia coli yang
terdapat pada makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia dapat
menyebabkan penyakit seperti kolera, disentri, gastroenteritis, diare dan
berbagai penyakit saluran pencernaan lain (Nurwantoro, 1997). Namun bakteri ini
secara relatif mudah dibunuh dengan pemanasan yaitu akan mati pada suhu 60ºC
selama 30 menit (Depkes RI, 1991).
Selain itu ada
juga bakteri Salmonella sp yang
memiliki ciri-ciri batang gram negatif, terdapat tunggal, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, peritrikus, aerobik, anaerobik fakultatif, patogenik, menyebabkan gastroenteritis.
Cara infeksi bakteri ini dengan masuk ke tubuh orang melalui makanan
atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan adalah
peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan
mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap
dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus.
Staphylococcus adalah
kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat
menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam
jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak
hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara
tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk
keracunan makanan dan toxic
shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari
ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.
Shigella adalah genus Gram-negatif,
terkait erat dengan bakteri Escherichia coli dan Salmonella. Kausatif dengan
shigellosis pada manusia, Shigella menyebabkan penyakit padaprimata, tetapi
tidak pada binatang menyusui lainnya. Penyakit ini dapat digolongkan sebagai
penyakit IMS jika melibatkan lidah (bibir) dan anus.
Infeksi Shigella biasanya melalui
proses menelan (kontaminasi fecal-oral); tergantung pada umur dan kondisi tuan
rumah, hanya diperlukan sepuluh sel bakteri untuk dapat menyebabkan infeksi.
Proses menelan ada yang melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri
atau melalui teknik seksual tertentu yang melibatkan lidah dan anus.
Shigella yang menyebabkan disentri
adalah hasil pemusnahan sel-sel epithelial pada mucosa usus di cecum dan
dubur. Beberapa strain memproduksi racun enterotoxin dan Shiga, mirip dengan
verotoxin pada E. coli. Racun Shiga dan verotoxin terkait dengan munculnya
sindrom hemolytic uremic (penyakit yang ditandai anemia hemolytic, kegagalan
ginjal akut (uremia) dan jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK
A.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
Praktik
penilaian hygiene dan sanitasi dilaksanakan di warung “Aneka Gorengan Mama
Yossi”, pedagang-pedagang jajanan dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Kesehatan Lingkungan pada tanggal 9 April 2013 s.d tanggal 12 April 2013.
Rincian kegiatan pelaksanaan praktik seperti pada tabel berikut :
No.
|
Waktu Pelaksanaan
|
Tempat Praktik
|
Uraian Kegiatan
|
1.
|
Selasa,
9 April 2013
|
·
Aneka Gorengan Mama
Yossi
· Laboraturium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan Lingkungan
|
Ø Penilaian hygiene dan sanitasi pedagang makanan jajanan.
Ø Pengambilan sampel makanan, air bersih, dan usap peralatan makan.
Ø Pengukuran suhu pada sampel makanan.
Ø Pengukuran pH dan sisa chlor pada sampel air bersih.
Ø Survey tempat pedagang makanan jajanan
Ø Memilih pedagang makanan jajanan secara Random Sampling
Ø Pengamatan secara visual.
Ø Pemeriksaan air bersih (PDAM)
1.
Menanam sampel ke LBDS
dan LBSS. (MPN Coli)
Ø Pemeriksaan air minum
1.
Menanam sampel ke LBDS
dan LBSS. (MPN Coli)
2.
Menanam sampel ke
media Selenit. (E.Coli)
Ø Pemeriksaan usap alat (gelas, sendok, piring)
1.
Melakukan pengenceran sampel
dari kontrol sampai 10-6. (TPC)
2.
Menanam sampel ke
media Selenit. (E.Coli)
Ø Pemeriksaan sampel makanan ( es dawet dan es kelapa)
1.
Menanam sampel ke LBDS
dan LBSS. (MPN Coli)
2.
Melakukan pengenceran
sampel dari kontrol sampai 10-6. (TPC)
3.
Menanam sampel makanan
ke media Selenit. (Bakteri patogen)
|
2.
|
Rabu,
10 April 2013
|
· Laboraturium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan Lingkungan
|
Ø Pemeriksaan air minum
1.
Menanam sampel dari
media Selenit ke Endo Agar. (E.Coli)
Ø Pemeriksaan usap alat (gelas, sendok, piring)
1.
Menanam sampel dari
media Selenit ke Endo Agar. (E.Coli)
Ø Pemeriksaan sampel makanan ( es dawet dan es kelapa)
1.
Menanam sampel makanan
dari media Selenit ke media isolasi yaitu SS, MSA, dan Endo Agar. (Bakteri
patogen)
|
3.
|
Kamis,
11 April 2013
|
· Laboraturium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan Lingkungan
|
Ø Pemeriksaan air bersih (PDAM)
1.
Menentukan tabung LBDS
dan LBSS yang positif kemudian tabung yang positif ditanam ke tabung BGLB.
(MPN Coli)
Ø Pemeriksaan air minum
1.
Menentukan tabung LBDS
dan LBSS yang positif kemudian tabung yang positif ditanam ke tabung BGLB.
(MPN Coli)
2.
Melihat koloni yang
tumbuh berwarna merah metalik pada Endo Agar. (E.Coli)
Ø Pemeriksaan usap alat (gelas, sendok, piring)
1.
Menghitung koloni yang
tumbuh pada media PCA. (TPC)
2.
Melihat koloni yang
tumbuh berwarna merah metalik pada Endo Agar. Untuk sampel usap alat sendok
dan piring dilanjutkan media biokimia gula-gula panjang.(E.Coli)
Ø Pemeriksaan sampel makanan ( es dawet dan es kelapa)
1.
Menentukan tabung LBDS
dan LBSS yang positif kemudian tabung yang positif ditanam ke tabung BGLB.
(MPN Coli)
2.
Menghitung koloni yang
tumbuh pada media PCA. (TPC)
3.
Melihat koloni yang
tumbuh pada media isolasi dan koloni yang tumbuh ditemukan pada media SS Agar
untuk kedua sampel makanan. Dari media SS Agar ditanam ke media biokimia
Gula-gula pendek. (Bakteri patogen)
|
4.
|
Jumat,
12 April 2013
|
· Laboraturium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan Lingkungan
|
Ø Pembacaan hasil
|
B.
Alat
dan Bahan
1. Pengambilan
sampel
a. Makanan
1) Kantong
plastik steril
2) Alkohol
70% + kapas
3) Lampu
spiritus + korek api
4) Alat
tulis + kertas label
5) Box
sampling
b. Usap
alat
1)
Lidi kapas steril
2)
Media transport
(aquadest steril 100 ml)
3)
Pinset steril
4)
Lampu spiritus + korek
api
5)
Alkohol 70% + kapas
6)
Plastik ukur (4 x 5 cm)
7)
Alat tulis + kertas
label
8)
Box sampling
c. Air
bersih
1)
Botol steril
2)
Botol steril (Natrium
tiosulfat)
3)
Alkohol 70% + kapas
4)
Alat tulis + kertas
label
5)
Box sampling
6)
Lampu spiritus + korek
api
2. Pemeriksaan
sampel
a. Pemeriksaan MPN Coliform
1)
Pipet steril 1 ml dan
10 ml
2)
Lampu spiritus
3)
Jarum ose
4)
Kapas
5)
Inkubator
6)
Spidol + label
7)
Rak tabung reaksi
8)
Bola hisap
9)
Lactose Broth Single
Strength ( LBSS )
10) Lactose
Broth Double Strength ( LBDS )
11) Brilliant
Green Lactose Bile ( BGLB )
b.
Pemeriksaan TPC
1)
Rak tabung reaksi
2)
Jarum ose
3)
Lampu spritus
4)
Korek api
5)
Pipet 10 ml dan 1 ml
6)
Petridish
7)
Bola hisap
8)
Label
9)
Kapas
10) Incubator
11) Coloni
counter
12) Alcohol
70%
13) Plate
Count Agar (PCA) cair
14) Aquadeat
steril 9 ml
c.
Pemeriksaan
Bakteri Patogen
1)
Objek glass
2)
Spidol
3)
Jarum ose
4)
Lampu spiritus
5)
Inkubator
6)
Media isolasi
(Endo agar, MSA, dan SS agar)
7)
Media enrichment
(selenit)
8)
Media gula-gula
pendek (Manitol, AP Indol, SIM, TSIA)
d.
Pemeriksaan E.
Coli
1)
Objek glass
2)
Spidol
3)
Jarum ose
4)
Lampu spiritus
5)
Inkubator
6)
Media isolasi
(Endo agar)
7)
Media enrichment
(selenit)
8)
Media gula-gula
panjang (Glukosa, Laktosa, Manitol, Maltosa, Sakarosa, AP Indol, V.P, M.R,
Citrat, SIM, TSIA)
e.
Pemeriksaan pH
dan Sisa Chlor
1)
pH- Chlor kit
C.
Cara
Kerja
1. Pengambil sampel
a. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
untuk pengambilan sampel dari labolatorium.
b. Melakukan penilaian keadaan tempat penjualan makanan
jajanan dengan mengisi form Penilaian.
c. Melakukan pengambilan sampel, yang meliputi:
1) Makanan jadi
- Menentukan sampel makanan jadi yang akan diambil sampelnya
yaitu es dawet dan es kelapa.
- Meminta makanan yang sudah ditetapkan pada penjual,
kemudian membayarnya.
- Memasukkan sampel ke dalam plastik steril tanpa
membuka bungkusnya.
- Memberi label pada sampel, kemudian memasukkan pada box
sampling.
2)
Air bersih
-
Menentukan
sampel air bersih yang akan dijadikan sampel yaitu air minum dan air PDAM.
-
Melakukan
desinfeksi tangan dengan alkohol 70 %.
-
Membuka dan
memanaskan mulut botol sampel steril dengan lampu spiritus.
-
Memasukan sampel
air bersih kedalam botol sampel steril.
-
Memanaskan mulut
botol dengan lampu spiritus kemudian menutupnya.
-
Memberi label pada sampel, kemudian memasukkan pada box
sampel.
3)
Usap Alat
-
Menentukan
sampel usap alat yang akan dijadikan sampel yaitu gelas, piring, dan sendok
-
Melakukan desinfeksi
tangan dengan alcohol 70 %
-
Mengambil secara
acak masing-masing 5 buah peralatan makan
-
Mengambil kapas
lidi steril secara aseptis, kemudian membuka tutup botol media transport,
memasukkan lidi kapas steril. Di dalam botol, lidi kapas ditekan ke dinding
botol untuk membuang airnya, baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat-alat
yang dijadikan sampel sampai selesai.
Permukaan
tempat alat yang diusap:
·
Gelas :
Permukaan luar dan dalam bagian bibir (+ 6 mm)
·
Sendok :Permukaan
bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok
·
Piring :
Permukaan dalam tempat makanan diletakkan
Cara
melakukan usapan:
Ø Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 kali
berturut-turut, satu lidi kapas untuk satu alat dari sekelompok alat yang akan
diperiksa
Ø Setiap habis mengusap 1 alat selalu dimasukkan ke
dalam media transport.
2. Pemeriksaan air secara kimia (Air Minum dan Air PDAM)
a. Pemeriksaan pH
1) Vessel warna dibilas dengan air sampel sebanyak 3x.
2) Memasukkan 10 ml air sampel, kemudian 4 tetes reagen
pH-1.
3) Kocok hingga homogen, bandingkan segera dengan warna
standar pH yang ada disamping.
b. Pemeriksaan Sisa Chlor
1) Vessel warna dibilas dengan air sampel sebanyak 3x.
2) Memasukkan 5 tetes reagen Cl2-1
dan 1 tetes reagen Cl2-2.
3) Memasukkan 10 ml air sampel.
4) Kocok hingga homogen, bandingkan segera dengan warna
standar yang ada di samping.
c. Pemeriksaan suhu penyajian makanan
1) Membersihkan thermometer dengan air bersih yang sudah
dimasak, keringkan dengan kertas tissue.
2) Masukkan thermometer ke dalam sampel yang disajikan
selama + 5 menit.
3) Segera baca angka yang ditunjukkan thermometer,
kemudian catat
d. Pemeriksaan sampel pada labolatorium
1) Pemeriksaan MPN Coli
- Tes Perkiraan
·
Menyiapkan
peralatan kerja dan membersihkan semua tempat kerja dengan desinfektan.
·
Menyiapkan media
LBDS dan LBSS, susun pada rak tabung reaksi, beri label pada masing-masing
tabung.
·
Memipet sampel,
memasukkan ke dalam tabung LBDS masing-masing 10 ml.
·
Memipet 1 ml
sampel pindahkan ke dalam tabung LBSS dan 0,1 ml ke dalam tabung LBSS lainnya.
·
Inkubasi dalam
incubator pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
·
Tiap tabung yang keruh
dan timbul gas pada tabung durham, maka menurut tes perkiraan mengandung
bakteri golongan Coli (positif) dan bila tidak ada gas maka tes perkiraan
dinyatakan negatif.
·
Mencatat hasil.
-
Tes Penegasan
·
Dari masing-masing
tabung yang ada pada tes perkiraan dinyatakan positif, menanam masing-masing 1
ose ke dalam media BGLB .
·
Mengeramkan ke dalam
inkubator pada suhu 37
selama 1 x 24 jam .
·
Membaca hasil.
2) Pemeriksaan TPC (usap alat, makanan jadi)
-
Menyediakan 7 buah tabung aquadest
steril (sesuai dengan pengenceran).
-
Menyediakan 8 buah cawan petri steril
(sesuai dengan pengenceran).
-
Memberi label pada tabung aquadest steril
dan cawan petri steril (sesuai dengan pengenceran)
-
Memipet aquadest steril dalam tabung kontrol
secara aseptis, kemudian masukkan ke dalam cawan petri steril sebanyak 1 ml.
-
Memipet sampel ke dalam cawan petri
(pengenceran 1 x)
-
Memipet sampel ke dalam tabung (pengenceran 10-1)
berisi aquadest sebanyak 1ml lalu kocok hingga merata. Pindahkan ke cawan petri
steril (pengenceran 10-1) sebanyak 1 ml.
-
Kemudian dengan menggunakan pipet memindahkan 1 ml cairan
dari tabung (pengenceran 10-1)
ini ke dalam tabung (pengenceran 10-2), kocok hingga merata
dan pindahkan ke dalam cawan petri (pengenceran 10-2) sebanyak 1 ml.
-
Lakukan seterusnya hingga semua tabung dan cawan
petri terisi cairan, dengan demikian kita mendapatkan penipisan cairan sebagai
berikut : 1x, 10-1, 10-2, 10-3,
10-4, 10-5, 10-6
-
Menuangkan nutrient agar (PCA)
yang masih mencair (suhu
± 56°C) ke dalam masing-masing cawan petri sebanyak 20-25 ml (hingga menutupi
seluruh permukaan cawan petri.
-
Menggoyang cawan
perlahan-lahan hingga agar merata, biarkan sebentar sampai agar membeku,
kemudian semua cawan dimasukkan dalam inkubator dengan posisi terbalik selama
2x24 jam.
-
Keluarkan dari inkubator dan hitung
koloni-koloni kuman yang tumbuh pada tiap-tiap cawan.
-
Jumlah kuman didapat dari jumlah koloni
dikalikan pengenceran adalah jumlah kuman yang terdapat dalam 1 ml contoh air.
3) Pemeriksaan Bakteri Patogen (makanan jadi)
a. Hari
I
Dengan menggunakan
pipet steril, ambil 5 ml sampel makanan
jadi masukkan ke dalam media enrichment (selenit). Eramkan dalam
incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37
b. Hari
II
Dari media enrichment
bakteri ditanam ke media isolasi (MSA dan
SS
Agar).
1) Memanaskan
jarum ose hingga merah membara, dan menganginkannya agar tidak terlalu panas.
2) Mengambil
1 ose bakteri dari media enrichment.
3) Menanamnya
pada media isolasi dengan cara garis lurus atau zig-zag.
4) Mengeramkan
dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37
dengan posisi terbalik.
c. Hari
III
1) Memeriksa
koloni yang tumbuh pada masing-masing media isolasi dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
No
|
Media Isolasi
|
Bakteri Tersangka
|
Ciri-ciri Koloni
|
1
|
MSA Agar
|
Staphylococcus aureus
|
Koloni berwarna merah kuning emas
|
2
|
SS Agar
|
Salmonella sp/ shigella sp
|
Koloni tidak
berwarna,smooth,jernih/agak keruh
|
Salmonella thyposa
S. paratyphi B
S. paratyphi C
|
Koloni jernih bagian tengah hitam
|
2) Bila
pada media isolasi tidak ditumbuhi koloni bakteri atau ditumbuhi koloni bakteri
tetapi ciri koloni tidak sesuai dengan data diatas maka hasilnya dinyatakan
negative.
3) Bila
terdapat koloni bakteri dengan ciri-ciri koloni seperti diatas (koloni
tersangka) maka koloni tersangka diperlakukan sebagai berikut :
a) Untuk
bakteri tersangka staphylococcus aureus
buat preparat dengan pewarnaan gram dan diperiksa dibawah mikroskop. Untuk
membedakan staphylococcus aureus
dengan jenis bakteri lainnya dapat dilakukan dengan D nase test atau Kougalase
test.
b) Untuk
bakteri tersangka Salmonella sp dan Shigella sp ambil satu koloni dari media
selective SS agar kemudian tanam pada media biokimia gula pendek (Manitol, AP
Indol, SIM, TSIA ). Eramkan dalam incubator pada suhu 37
selama 24 jam.
d. Hari
IV
Membaca hasil yang
tumbuh pada test biokimia dengan melihat tabel
hasil pemeriksaan berikut :
TABEL IDENTIFIKASI
ENTEROBAKTERIACEAE YANG PATOGEN DENGAN SEMI SOLID DAN
GULA-GULA PENDEK
MANITOL
|
AP
INDOL
|
SIM
|
TSIA
|
ENTEROBAKTERIACEAE
|
+
+ GAS
+ GAS
+ GAS
|
-
-
-
-
|
+
+
+
+
|
K/M H2S
K/M H2S +/-
K/M H2S
++
K/M H2S
+++
|
S. thypi
S. parathypi A
S. parathypi B
S. parathypi C
|
+
+
-
-
|
-
+/-
-
-
|
-
-
-
-
|
K/M H2S
–
K/M H2S
–
K/M H2S
–
K/M H2S
–
|
Sh. sonnoi, S. thypi
Sh.flexner, Sh. Boydii
Sh. Shigae / dysentery
Sh. Schmitzii
|
+
|
+
|
+
|
K/K H2S
–
|
Vibrio cholera
|
Catatan :
K : Kuning ++ :
Banyak terbentuk
M : Merah +/- :
Positif atau Negatif
+++ : Sangat banyak
:
Sedikit
-
: Negatif
4) Pemeriksaan E. Coli
a.
Membersihkan tangan dan
tempat dengan alkohol.
b.
Menyediakan Selenit
Loeffsen Broth, Endo agar.
c.
Mengambil sampel
sebanyak 5 ml masukkan kedalam Selenit Loeffsen Broth menggunakan pipet secara
aseptis lalu di inkubasi 37oC selama 1x24 jam.
d.
Memasukkan ke ENDO agar
lalu di inkubasi kembali dengan suhu 37oC
selama 1x24 jam.
e.
Menghitung koloni yang
ditandai dengan warna merah metalik.
f.
Apabila positif
masukkan kembali ke gula-gula panjang
(Glukosa, Laktosa, Manitol, Maltosa, Sakarosa, AP Indol, V.P, M.R, Citrat, SIM,
TSIA).
TABEL IDENTIFIKASI
Escherichia Coli DENGAN
GULA-GULA PANJANG
Test
Biokimia
|
Escherichia
Coli
|
Glukosa
|
+
(Gas)
|
Laktosa
|
+
(Gas)
|
Manitol
|
+
(Gas)
|
Maltosa
|
+
(Gas)
|
Sakarosa
|
+
(Gas) / -
|
AP Indol
|
+
|
V.P
|
-
|
M. R
|
+
|
Citrat
|
-
|
SIM
|
-
|
TSIA
|
Lereng
: Kuning
|
|
Dasar
: Merah
|
-
Gas
|
+
|
-
H2S
|
-
|
BAB IV
HASIL KEGIATAN
A.
Keadaan
Umum
Pedagang jajanan makanan “Aneka Gorengan
Mama Yosi” berada di Jl. H. M. Cokrokusumo, menjual bebagai gorengan seperti
pisang, tahu isi, bakwan, tempe, perkedel singkong, serta minuman es dawet dan
es kelapa. Lokasi berdagang terletak dekat dengan jalan raya, kondisi sekitar
berdekatan dengan warung-warung lain dan pemukiman warga.
“Aneka Gorengan Mama Yosi” berjualan
dari pukul 09.00 – 21.00 WITA. Berbicara mengenai penerapan hygiene dan
sanitasi, pengolahan bahan mentah di letakkan pada wadah yang terpisah tetapi
terbuka, jajanan digoreng menggunakan minyak yang dipakai berulang-ulang.
Penyajian jajanan ditempatkan pada wadah yang tidak seluruhnya tertutup yang memungkinkan
lalat dapat hinggap pada jajanan. Di warung tersebut menyediakan meja dan kursi
untuk pembeli yang ingin mengonsumsi disana, keadaan meja dan kursi yang
disediakan terlihat bersih dan penataannya
rapi. Peralatan yang digunakan kurang memenuhi persyaratan. Penjamah
makanan berpakaian rapi, bersih, namun tidak menggunakan celemek, sarung
tangan, atau alat lainnya. Air yang dipakai untuk mencuci maupun pengolahan
makanan dan minuman adalah air PDAM, namun airnya ditampung pada bak tanpa
tutup.
B.
Penerapan
Hygiene dan Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan
1. Pemeriksaan Sampel
Secara Kimia
a.
Air bersih PDAM
- pH = 5
- Sisa
chlor = 0,5 mgCl/l
b. Suhu
Es Dawet = 20
c. Suhu
Es Kelapa = 9
2. Kualitas Bakteriologis
Makanan Siap Saji
a. Pemeriksaan
Bakteri patogen
Ciri-ciri
koloni
|
MSA
Agar
|
SS
Agar
|
Endo
Agar
|
Warna
koloni
|
(-)
|
Koloni
tidak berwarna, smooth, jernih/agak keruh
|
(-)
|
Tersangka
|
(-)
|
Salmonella/Shigella
sp.
|
(-)
|
1)
Sampel Dawet :
Manitol (+)
AP Indol (-)
SIM (+)
TSIA (-)
Jadi,bakteri patogen
yang terdapat pada Dawet adalah Salmonella paratyphi A.
2)
Sampel Es kelapa :
Manitol (+) gas (-)
AP Indol (-)
SIM (+)
TSIA (+)
Jadi,bakteri patogen
yang terdapat pada Dawet adalah Salmonella typhi.
b. Pemeriksaan
TPC
1)
Sampel Dawet
Kontrol :
0 koloni
Pengenceran 1X : >1000 koloni
Pengenceran 10-1 : 868 koloni
Pengenceran 10-2 : 680 koloni
Pengenceran 10-3
: 320 koloni
Pengenceran 10-4 : 121 koloni
Pengenceran 10-5
: 64 koloni
Pengenceran 10-6 : 33 koloni
Koloni
kuman yang dihitung pada petridish adalah yang jumlahnya diantara 30 – 300
koloni,
Perhitungan :
2)
Sampel Es Kelapa
Kontrol :
1 koloni
Pengenceran 1X : >300 koloni
Pengenceran 10-1 : >300
koloni
Pengenceran 10-2
:
>300 koloni
Pengenceran 10-3
:
>300 koloni
Pengenceran 10-4 : 72 koloni
Pengenceran 10-5
: 12 koloni
Pengenceran 10-6 : 6 koloni
Koloni
kuman yang dihitung pada petridish adalah yang jumlahnya diantara 30 – 300
koloni,
Perhitungan :
3)
Sampel usap alat sendok
Kontrol :
0 koloni
Pengenceran 1X : 90 koloni
Pengenceran 10-1 : 13 koloni
Pengenceran 10-2 : 1 koloni
Pengenceran 10-3 : 0 koloni
Pengenceran 10-4 : 1 koloni
Pengenceran 10-5 : 0 koloni
Pengenceran 10-6 : 0 koloni
Koloni kuman yang
dihitung pada petridish adalah yang jumlahnya diantara 30 – 300 koloni,
Perhitungan :
Rumus bangun ellips :
L = ½
(AC x BD)
= ½ x 3,14 ( 4,3cm x 2,8cm )
= 18,9028 cm2 x 2
L = 37,8056 cm2 x 5 buah
L usapan = 189,028 cm2
Nilai TPC =
Nilai TPC =
koloni/cm2
= 47,612 koloni/cm2
4)
Sampel usap alat gelas
Kontrol :
0 koloni
Pengenceran 1X : >300 koloni
Pengenceran 10-1 : 110 koloni
Pengenceran 10-2 : 58 koloni
Pengenceran 10-3 : 15 koloni
Pengenceran 10-4 : 3 koloni
Pengenceran 10-5 : 0 koloni
Pengenceran 10-6 : 1 koloni
Koloni kuman yang
dihitung pada petridish adalah yang jumlahnya diantara 30 – 300 koloni,
Perhitungan :
Rumus bangun Lingkaran
:
K = 2
r
= 2 x 3,14 x 3,75
cm
= 23,55 cm
L persegi panjang = 2 ( p x l )
= 2 ( 0,6cm x
23,55cm)
= 28,26 cm2
L usapan = 28,26 cm2 x 5 buah
= 141,3 cm2
Nilai TPC =
Nilai TPC =
koloni/cm2
= 2.441,614 koloni/cm2
5)
Sampel usap alat piring
Kontrol : 1 koloni
Pengenceran 1X
: >300 koloni
Pengenceran 10-1 : >300 koloni
Pengenceran 10-2
: >300 koloni
Pengenceran 10-3 : 70 koloni
Pengenceran 10-4
: 13 koloni
Pengenceran 10-5 : 2 koloni
Pengenceran 10-6
: 2 koloni
Koloni kuman yang
dihitung pada petridish adalah yang jumlahnya diantara 30 – 300 koloni,
Perhitungan :
L persegi panjang = ( p x l )
= ( 4cm x 5cm)
= 20 cm2
L usapan = 20 cm2 x 5 buah
= 100 cm2
Nilai TPC =
Nilai TPC =
koloni/cm2
= 69.000 koloni/cm2
c. Pemeriksaan
MPN Coliform
1)
Sampel Air Bersih PDAM
Tes perkiraan : 5/5 ;
1/1 ; 1/1
Tes penegasan: 4, 1, 1
Maka, MPN Coli untuk 4
1 1 dalam tabel adalah 27
2)
Sampel Air Minum (PDAM)
Tes perkiraan : 5/5 ;
1/1 ; 1/1
Tes penegasan: 5, 1, 1
Maka, MPN Coli untuk 5
1 1 dalam tabel adalah > 240
3)
Sampel Dawet
Tes perkiraan : 5/5 ;
1/1 ; 1/1
Tes penegasan: 0, 1, 1
Maka, MPN Coli untuk 5
1 1 dalam tabel adalah 4
4)
Sampel Es Kelapa
Tes perkiraan : 5/5 ;
1/1 ; 1/1
Tes penegasan: 5, 1, 1
Maka, MPN Coli untuk 0
1 0 dalam tabel adalah 2
d. Pemeriksaan
E. Coli
1)
Sampel Air Minum
Hasil media isolasi,
setelah inkubasi 1x24 jam tidak ditemukan koloni merah metalik pada media Endo
agar.
2)
Sampel usap alat sendok
Hasil media isolasi,
setelah inkubasi 1x24 jam ditemukan koloni merah metalik pada media Endo agar
sehingga dilanjutkan ditanam ke media biokimia dengan hasil :
Glukosa (+) MR (-)
Laktosa (+) VP (-)
Manitol (+) Citrat (+)
Maltosa (+) SIM (+)
Sakarosa (+) TSIA (+) gas (-) H2S
AP Indol (-)
Jadi, tidak terdapat
bakteri E. Coli pada sampel usap alat sendok.
3)
Sampel usap alat gelas
Hasil media isolasi,
setelah inkubasi 1x24 jam tidak ditemukan koloni merah metalik pada media Endo
agar.
4)
Sampel usap alat piring
Hasil media isolasi,
setelah inkubasi 1x24 jam ditemukan koloni merah metalik pada media Endo agar
sehingga dilanjutkan ditanam ke media biokimia dengan hasil :
Glukosa (+) MR (-)
Laktosa (+) VP (+)
Manitol (+) Citrat (+)
Maltosa (+) SIM (+)
Sakarosa (+) TSIA (+) gas (-) H2S
AP Indol (-)
Jadi, tidak terdapat
bakteri E. Coli pada sampel usap alat piring.
3.
Penanganan
Makanan
a.
Makanan jajanan es
kelapa dan gorengan
Dalam
penanganan bahan makanan mentah hampir memenuhi persyaratan penilaian yang
berupa penggunaan air bersih, pemasakan air minum, mutu bahan makanan, bahan
olahan alam kemasan terdaftar dalam Depkes, serta bahan tambahan makanan yang
sesuai ketentuan. Bahan makanan mentah dan makanan siap saji disimpan dalam
tempat yang terbuka.
b.
Makanan jajanan es
doger
Bahan mentah yang
digunakan tidak semua memenuhi persyaratan dan BTM yang digunakan tidak dapat
dikategorikan sesuai dengan peraturan (dilihat dari visualisasi). Untuk
penyimpanan makanan bisa dikatakan baik karena berada di tempat terpisah dan
penyajian makanannya pun menggunakan tempat-tempat yang baru dengan sekali
pakai.
c.
Makanan jajanan pentol
goreng
Dalam pengolahan
makanan penjual menggunakan air bersih yang dimasak dalam pengolahan bahan mentah
dalam keadaan segar. Dan bahan tambahan makanan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan. Untuk penyimpanan bahan mentah, penjual meletakkannya tidak
terpisah. Dan makanan siap saji diletakkan di tempat yang tertutup. Makanan
siap saji diletakkan di tempat yang bersih dan aman menggunakan pembungkus yang
tidak mencemari makanan.
d.
Makanan jajanan pentol
goreng ayam
Penanganan bahan
makanan mentah dan penyimpanan makanan dikategorikan baik karena semua
penilaian sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Tetapi, dalam
penyajian makanan disajikan di wadah yang tertutup.
e.
Makanan jajanan bubur
ayam Bandung
Dalam penanganan bahan
makanan mentah kurang baik karena air yang digunakan berkali-kali dan bahan
yang digunakan tidak terdaftar di Depkes. Tetapi air minum yang digunakan
dimasak dengan benar, bahan mentahnya masih tergolong segar dan bahan tambahan
makanan (BTM) sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk penyimpanan makanan baik
karena bahan mentah, bahan tambahan dan makanan siap saji diletakkan terpisah
dan tempatnya tertutup.
4.
Penjamah
Makanan
a.
Makanan jajanan es kelapa
dan gorengan
Penjamah makanan tidak
menderita penyakit menular seperti batuk, influensa, diare, atau penyakit perut
lainnya. Penjamah juga tidak memiliki luka terbuka dan bisul bernanah pada
kulit. Penjamah berpakaian bersih, apik, dan rapi, selalu menjaga kebersihan
kuku, tidak merokok dan menggaruk anggota badan saat bekerja. Penjamah menutup
mulut dan hidung saat batuk dan bersin, namun tidak menggunakan sapu tangan.
Penjamah memakai perhiasan di tangan, tidak mencuci tangan saat ingin bekerja,
dan tidak memakai celemek maupun penutup kepala. Alat yang digunakan untuk
mengambil makanan sesuai, hanya saja kurang bersih.
b.
Makanan jajanan es doger
Penjamah makanan tidak
menderita penyakit menular seperti batuk, influensa, diare, atau penyakit perut
lainnya. Penjamah juga tidak memiliki luka terbuka dan bisul bernanah pada
kulit. Personal hygienenya pun terlihat baik, hanya saja ada hal yang kurang
seperti kebersihan kuku.
c.
Makanan jajanan pentol
goreng
Penjamah makanan tidak
menderita penyakit menular seperti batuk, influensa, diare, atau penyakit perut
lainnya. Penjamah juga tidak memiliki luka terbuka dan bisul bernanah pada
kulit. Personal hygiene penjamah makanan berpakaian bersih, apik, rapi, menjaga
kebersihan, tidak memakai perhiasan ditangan, setiap mau bekerja mencuci
tangan, menutup mulut ketika mau batuk/bersin, tidak merokok saat berjualan,
tidak menggaruk, dan lain-lain.
d.
Makanan jajanan pentol
goreng ayam
Penjamah makanan tidak
menderita penyakit menular seperti batuk, influensa, diare, atau penyakit perut
lainnya. Penjamah juga tidak memiliki luka terbuka dan bisul bernanah pada
kulit. Dilihat dari segi personal hygiene penjamah/penjual makanan jajanan
berpakaian bersih, namun kurang sedikit rapi. Kuku penjamah lumayan bersih,
penjamah juga tidak memakai cincin ditangannya. Setiap mau bekerja penjamah
mencuci tangan dan menutup mulut jika ingin batuk/bersin. Penjamah tidak
merokok saat bekerja, tidak menggaruk anggota badan, serta menggunakan alat
yang sesuai dan bersih disaat mengambil makanan. Penjamah tidak memakai celemek
dan penutup kelapa, tetapi penjamah memakai topi.
e.
Makanan jajanan bubur ayam
Bandung
Penjamah makanan tidak
menderita penyakit menular seperti batuk, influensa, diare, atau penyakit perut
lainnya. Penjamah juga tidak memiliki luka terbuka dan bisul bernanah pada
kulit. Dalam berpakaian lumayan baik, hanya saja kurang bersih dan rapi.
Personal hygiene penjamah lumayan bagus, karena penjamah tidak memakai perhiasan,
selalu mencuci tangan, tidak menggaruk anggota badan, dan menggunakan alat yang
bersih bila mengambil makanan. Namun penampilan penjamah kurang rapi, kukunya
lumayan kotor, kadang merokok saat bekerja, serta tidak memakai celemek.
5.
Peralatan
a.
Makanan jajanan es
kelapa dan gorengan
Secara
keseluruhan dilihat dari kondisi dan pemeliharaan kebersihannya hampir semua
memenuhi persyaratan penilaian. Namun, peralatan yang digunakan masih terdapat
sisa sabun dan disimpan di tempat dekat pencemaran. Peralatan yang sudah dicuci
pun dikeringkan dengan lap yang penggunaannya berulang kali.
b.
Makanan jajanan es
doger
Pada kondisi
pemeliharaan peralatan bisa dikategorikan baik karena menggunakan alat-alat
yang mudah untuk dibersihkan.
c.
Makanan jajanan pentol
goreng
Peralatan terbuat dari
bahan yang tidak mudah luntur, tidak mudah retak, tidak banyak ukiran, dan
dalam keadaan bersih sebelum digunakan serta tidak menggunakan peralatan yang
dirancang sekali pakai. Untuk kebersihan peralatan, peralatan setelah dipakai
dicuci, dibiarkan kering, dan disimpan di tempat yang bebas pencemar.
d.
Makanan jajanan pentol
goreng ayam
Kondisi peralatan sama
sekali tidak memenuhi dari persyaratan penilaian dikarenakan peralatan
digunakan berkali-kali. Dan untuk kebersihan peralatan dicuci dengan air bersih
beserta sabun, kemudian peralatan tersebut dibiarkan kering, pengeringannya pun
tidak di tempat tertutup.
e.
Makanan jajanan bubur
ayam Bandung
Kondisi peralatan
hampir memenuhi persyaratan penilaian hanya saja pemakaian peralatan yang dirancang
sekali pakai digunakan berkali-kali. Untuk kebersihan peralatannya dicuci
menggunakan air bersih tanpa penggunaan sabun dengan pengeringannya menggunkan
lap kotor. Penyimpanan peralatan yang sudah dicuci dan dikeringkan diletakkan
di luar dengan kemungkinan kontaminasi bakteri dari sumber pencemaran.
6.
Tempat
Pengolahan (Konstruksi)
a.
Makanan jajanan es
kelapa dan gorengan
Dilihat
dari segi konstruksi dan lokasi tidak semua memenuhi persyaratan karena
ketidaktersediaan air bersih yang layak pakai, tidak disediakan tempat sampah,
dekat dengan sumber pencemaran (jalan raya), penyimpanan bahan makanan
diletakkan di wadah yang terbuka, dan kondisi di sekitar tidak bersih (terdapat
banyak lalat).
b.
Makanan jajanan es
doger
Pada sarana dan lokasi
kurang baik karena banyak hal yang seharusnya disediakan seperti tidak ada
fasilitas cuci tangan. Namun, lokasinya cukup strategis karena berada dekat
area sekolah.
c.
Makanan jajanan pentol
goreng
Pada konstruksi tidak
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat terjadi kontaminasi atau pencemaran dari
sekitar. Pada konstruksi tempat tidak tersedia air bersih, fasilitas tempat
cuci, dan tempat sampah. Lokasinya jauh dari sumber pencemar dan lingkungan
sekitar bersih.
d.
Makanan jajanan pentol
goreng ayam
Konstruksi dari pedagang
makanan jajanan tersebut hampir tidak memenuhi persyaratan dikarenakan
ketidaktersediaan air bersih, tempat penyimpanan bahan makanan, fasilitas
tempat cuci, dan tempat sampah. Lokasi di lingkungan sekitar pun terlihat
bersih.
e.
Makanan jajanan bubur
ayam Bandung
Dari penilaian
persyaratan konstruksi dan lokasi hampir semua memenuhi persyaratan, hanya saja
tidak tersedia tempat sampah. Untuk sarana air bersih, tempat penyimpanan
makanan, dan fasilitas tempat cuci tersedia cukup baik dengan lokasi di sekitar
bersih dan rapi.
C.
Hasil
Penilaian Kelaikan Fisik
Makanan Jajanan
|
Skor
|
Kriteria Penilaian
|
Es kelapa dan gorengan
|
66
|
Cukup
|
Es doger
|
80
|
Baik
|
Pentol goreng
|
79
|
Baik
|
Pentol goreng ayam
|
64
|
Cukup
|
Bubur ayam bandung
|
74
|
Cukup
|
BAB
V
PEMBAHASAN
A.
Analisis
Hasil
1.
Pemeriksaan
Air Bersih (PDAM) dan Air Minum
Sampel
diperiksa langsung di lapangan dan dilakukan pula pemeriksaan labolatorium,
dari pemeriksaan lapangan didapat hasil sisa chlor sebesar 0,5 mg Cl/ liter dan
pH menunjukkan angka 5. Dari hal ini, dapat dikatakan baik untuk keadaan air
bersih untuk pengelolaan dan pencucian.
Dari
pemeriksaan labolatorium, parameter pemeriksaan sampel air bersih (PDAM) adalah
MPN Coli dan parameter pemeriksaan air minum adalah MPN Coli dan E. Coli. Hasil
pemeriksaan air bersih (PDAM) yaitu MPN Coli 4 1 1 pada tabel indeks MPN
Coliform = 27, hal ini menunjukkan bahwa dalam 100 ml air bersih diperkirakan
terdapat 27 bakteri golongan coli.. Sedangkan pada Air minum yaitu MPN Coli 5 1
1 pada tabel indeks MPN Coliform > 240, hal ini menunjukkan bahwa
dalam 100 ml air bersih diperkirakan terdapat > 240 bakteri golongan
coli dan pada pemeriksaan E. Coli didapatkan hasil negatif pada tes media
isolasi. Dari hasil pemeriksaan MPN Coli menunjukkan bahwa air PDAM dan air
minum tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam PERMENKES No.492 Tahun 2010.
2.
Pemeriksaan
Sampel Usap
a. Usap
Sendok
Pengambilan sampel usap
alat sendok dilakukan langsung dilakukan dilapangan dan pemeriksaan juga
dilakukan dilaboratorium dan parameter yang diperiksa TPC dan E. Coli.
Hasil dari pemeriksaan
TPC usap alat sendok 47,612 koloni/cm2.
Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sampel usap alat sendok memenuhi
persyaratan yang diatur PERMENKES batas maksimun TPC < 100 koloni/cm2.
Hasil dari pemeriksaan
E. Coli usap alat sendok dari media isolasi Endo Agar hasilnya positif tetapi
pada penanaman dimedia biokimia hasilnya negatif tidak ditemukan bakteri E.
Coli mungkin terdapat bakteri jenis lain. Dari hasil tersebut juga menunjukkan
bahwa sampel usap alat sendok memenuhi persaratan PERMENKES tentang syarat
bakteriologis E. Coli adalah 0.
b. Usap
piring
Pada pengambilan sampel
usap alat piring itu dilakukan dilapangan dan pemeriksaannya dilakukan
dilaboratorium. Parameter yang digunakan ialah TPC dan E.coli.
Hasil dari pemeriksaan
TPC pada usap alat piring ialah 69.000 koloni/cm2. Dari hasil
pemeriksaan tersebut diketahui bahwa sampel usap alat piring tidak memenuhi
persyartan yang sudah ditetapkan oleh PERMENKES dengan batas maksimum TPC <
100 koloni/cm2.
Dan adapun hasil dari
pemeriksaan E.Coli pada usap alat piring dari media isolasi Endo Agar hasilnya
positif tetapi pada penanaman dimedia biokimia hasilnya negatif karena tidak
ditemukan bakteri E. Coli mungkin pada sampel usap alat piring tersebut terdapat
bakteri jenis lain. Dari hasil tersebut juga menunjukkan bahwa sampel usap alat
piring memenuhi persyaratan dari PERMENKES tentang syarat bakteriologis E. Coli
adalah 0.
c. Usap
gelas
Pengambilan sampel usap
alat gelas dilakukan di lapangan yang kemudian dilanjutkan di laboratorium,
dengan parameter pemeriksaan TPC dan E.Coli. Hasil dari pemeriksaan TPC pada
usap alat gelas yaitu 2.441,614 koloni/cm2. Ini mengindikasikan
bahwa sampel usap alat gelas tidak memenuhi persyaratan standar yang sudah
ditetapkan oleh Permenkes dengan batas maksimum TPC < 100 koloni/cm2.
Untuk hasil pemeriksaan E.Coli pada sampel usap gelas dari media isolasi Endo
Agar hasilnya negatif sehingga tidak dilanjutkan ke media biokimia gula-gula
panjang. Walaupun jumlah koloni pada TPC sangat banyak bahkan melebihi ambang
batas yang ditetapkan tetapi tidak dapat dikatakan bahwa semua koloni tersebut
diindikasikan bakteri E.Coli. Kemungkinan ada bakteri lain yang mengontaminasi
pada sampel usap gelas tersebut.
3.
Pemeriksaan
sampel es dawet
a. TPC
Pemeriksaan dilakukan
di laboratorium dengan hasil
dikarenakan banyak faktor yang
mengkontaminasi, diantaranya hygiene dan sanitasi penjamah, peralatan,bahan
mentah serta proses pengolahan yang kurang baik.
b. Bakteri
pathogen
Pada pemeriksaan di
laboratorium, bakteri yang ada pada sampel ialah Salmonella paratyphi A, ini
dikarenakan bakteri tersebut dapat bertahan dalam es batu yang bersuhu
rendah,sehingga pada saat mencair dapat mengkontainasi makanan.
c. MPN
coli
Hasil pemeriksaan es dawet
yaitu MPN Coli 5 1 1 pada tabel indeks MPN Coliform = 4, hal ini menunjukkan
bahwa dalam 100 ml air bersih diperkirakan terdapat 4 bakteri golongan coli.
4.
Pemeriksaan Sampel Es Kelapa
Hasil pemeriksaan Es kelapa untuk
bakteri pathogen terdeteksi adanya bakteri salmonella typhi (+) hasil penanaman
dari media isolasi SS Agar ke gula-gula pendek. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya hygien
sanitasi pada saat pengolahan makanan
dan bahan-bahan yang digunakan tidak
diolah dengan benar.
Untuk pemeriksaan MPN Coli dalam 100 ml es kelapa nilai MPN
Colinya adalah 2. Dari
pemeriksaan labolatorium, parameter pemeriksaan sampel es kelapa adalah MPN
Coli dan E. Coli. Hasil pemeriksaan es kelapa yaitu MPN Coli 0 1 0 pada tabel
indeks MPN Coliform = 2, hal ini menunjukkan bahwa dalam 100 ml es kelapa
diperkirakan terdapat 2 bakteri golongan coli
Untuk pemeriksaan TPC dengan pengenceran
1 x - 10-6 diperoleh hasil 710.000
koloni. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh kontaminasi dari berbagai faktor
sepeti:
-
Peralatan/tempat
makan
-
Bahan mentah
-
Proses
Pengolahan
-
Penanganan saat
menyajikan
B.
Pemecahan
Masalah
a. Sebaiknya
makanan jadi disimpan pada tempat yang tertutup, agar tidak terkontaminasi oleh
debu, dan vektor seperti lalat
b. Bahan
makanan disimpan tertutup dan jauh dari sumber pencemar.
c. Peralatan
yang digunakan dicuci dengan bersih dan disimpan ditempat yang layak.
d. Penjamah
makanan sebaiknya mencuci tangan saat ingin mengolah makanan dan tidak memakai
perhiasan di tangan
e. Es
batu yang digunakan hendaknya diolah menggunakan air bersih yang dimasak secara
benar
f. Air
yang digunakan untuk minum hendaknya dimasak dengan benar agar tidak terdapat
bakteri pathogen
g. Seharusnya
disediakan tempat sampah di sekitarnya.
BAB
VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai hygiene
dan sanitasi pedagang makanan jajanan di Jl. H. Mistar Cokrokusumo Kelurahan
Sungai Besar Banjarbaru dengan mengambil 5 sampel pedagang makanan jajanan
yaitu 1 pada Aneka Gorengan Mama Yosi dan 4 form penilaian di sekitarnya.
Mengambil
dan memeriksa kualitas bakteriologi sampel makanan, air bersih, dan usap alat
di Warung Mama Yosi dengan hasil sebagai berikut :
Jenis Sampel
|
Sampel
|
Parameter Pemeriksaan
|
Hasil
|
Makanan Jadi
|
Es Dawet
|
TPC
|
13.536.666
koloni
|
MPN Coli
|
4 bakteri
golongan coli
|
||
Bakteri Pathogen
|
Salmonella Paratyphi A
|
||
Es Kelapa
|
TPC
|
710.000 koloni
|
|
MPN Coli
|
2 bakteri
golongan coli
|
||
Bakteri Pathogen
|
Salmonella typhi
|
||
Air Bersih
|
PDAM
|
MPN Coli
|
27 bakteri
golongan coli
|
PDAM (Air Minum)
|
MPN Coli
|
≥ 240 bakteri
golongan coli
|
|
E.Coli
|
Negatif
|
||
Usap Alat
|
Usap Sendok
|
TPC
|
47,612 koloni/cm2
|
E.Coli
|
Tidak ditemukan
bakteri E.coli
|
||
Usap Gelas
|
TPC
|
2.441,614
koloni/cm2
|
|
E.Coli
|
Negatif
|
||
Usap Piring
|
TPC
|
69.000 koloni/cm2
|
|
E.Coli
|
Tidak ditemukan
bakteri E.coli
|
B.
Saran
1. Untuk
pedagang jajanan makanan, sebaiknya lebih memperhatikan hygiene dan sanitasi
penyimpanan bahan mentah, pengolahan dan penyajian jajanan, serta kebersihan penjamah.
2. Untuk
masyarakat, sebaiknya memilih dan lebih memperhatikan baik tidaknya jajanan
yang akan dibeli sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kesakitan
karena makanan.
3. Untuk
praktikan, sebaiknya melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel sesuai dengan
prosedur praktikum, agar kesalahan dari hasil yang didapat bisa diminimalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar
Jr, Michael J. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 2 terjemahan. Jakarta :
Universitas Indonesia.
www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 12 April 2013.